Pada 12 April 1961, sebuah tonggak sejarah penjelajahan manusia ke luar angkasa tercipta. Kala Uni Soviet berhasil mengirim orang pertama ke luar angkasa, kosmonot Yuri Gagarin. Menang selangkah dari rivalnya, Amerika Serikat.
Namun, kejayaan itu tak bertahan lama. Delapan tahun kemudian, pada 20 Juli 1969, AS menorehkan pencapaian luar biasa mengirimkan manusia, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin ke permukaan Bulan dengan pesawat Apollo 11. Soviet yang sakit hati akhirnya membatalkan program eksplorasi bulannya.
Kini, Bulan kembali jadi target Rusia untuk mengembalikan kejayaan negara itu di angkasa. Negara pecahan Uni Soviet itu berencana mengirimkan para kosmonot ke satelit Bumi itu. Mereka dijadwalkan akan kembali ke Bumi pada tahun 2030. Demikian isi dokumen strategi yang bocor dari Badan Antariksa Rusia, Roskosmos.
Selama beberapa tahun ini, Moskow secara periodik mengumumkan rencana ambisius mereka dalam penjelajahan luar angkasa. Namun baru kali ini, ada batas waktu jelas yang ditentukan.
Rancana pengiriman kosmonot ke Bulan juga akan menghidupkan kembali program luar angkasa Rusia, setelah diterpa segudang masalah. Serangkaian satelit yang mereka kirimkan meledak tahun lalu. Januari lalu, satelit penjelajah Mars, Fobos Grunt jatuh setelah gagal diluncurkan dua bulan sebelumnya. Tak hanya itu, minggu lalu, Roskosmos menanggung penghinaan gara-gara laporan kepalanya, Vladimir Popovkin menderita luka di bagian kepala gara-gara perkelahian di tempat kerja.
Yury Karash, anggota Russian Academy of Cosmonautics, mengatakan, misi ke Bulan tak akan serta-merta mengembalikan prestise Rusia. "Kembali ke era 1960-an di mana Uni Soviet berkompetisi dengan AS," kata dia seperti dimuat Telegraph. "Sulit menemukan cara yang lebih buruk, menyakiti harga diri Rusia dan menggarisbawahi keterbelakangan teknologinya dengan cara mengirim kosmonot ke Bulan sekitar 2030, 60 tahun setelah Apollo."
Daripada ke Bulan, Karash mengusulkan agar sumber daya dan sumber dana diprioritaskan untuk mengirim manusia ke Mars.
Dalam era paska Uni Soviet, Rusia membuka diri dan bekerja sama dengan negara lain, baik di stasiun Mir maupun Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Mimpi mengembalikan kejayaan Rusia diungkap Presiden Vladimir Putin dalam peringatan ke-50 penerbangan Yuri Gagarin. "Rusia seharusnya tidak membatasi diri pada peran luar angkasa internasional."
Sementara, Presiden AS, Barack Obama mengatakan pada 2010 bahwa ia berharap bisa mengirim astronot ke Mars pada tahun 2030-an. Namun, sebaliknya, ia memotong anggaran misi robot ke Mars bulan lalu. Ia juga membatalkan rencana George W Bush untuk kembali mengirim astronot ke Bulan pada tahun 2020.
Diduga, tak hanya sekedar prestise, negara kembali berlomba mengirimkan manusia ke Bulan. Sekelompok ilmuwan meyakini, ada logam mulia bernilai tinggi dan Helium-3, isotop langka yang memiliki potensi untuk pembangkit listrik, bisa diambil dari permukaan Bulan.
Roskosmos juga menyarankan, perlu dibangun pangkalan di Bulan yang dapat digunakan sebagai landasan untuk penerbangan ke Mars.
darto-sirait.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar